SEORANG ANAK BELAJAR BELADIRI SILAT
Malam itu, angin berhembus pelan di balai desa. Lampu petromaks menyinari halaman yang dipenuhi anak-anak berseragam putih dengan ikat kepala hitam. Di antara mereka, ada seorang anak bernama Arga, murid baru yang baru saja bergabung dengan perguruan silat.
Arga bukan anak yang percaya diri. Ia sering diejek di sekolah karena tubuhnya kecil dan pendiam. Namun, dalam hatinya ada tekad kuat: ia ingin belajar silat, bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk melindungi dirinya dan orang-orang yang ia sayangi.
“Silat bukan sekadar jurus. Silat adalah jiwa. Gunakan untuk membela yang lemah, bukan untuk menyombongkan diri,” ujar Guru Besar malam itu.
Arga mendengarkan dengan penuh semangat. Setiap latihan, ia berusaha keras, meski sering jatuh saat melakukan kuda-kuda. Tangannya lecet, kakinya memar, tapi semangatnya tidak pernah padam. Teman-teman seperguruan mulai menghargainya karena ketekunannya.
Suatu sore, saat pulang sekolah, Arga melihat seorang adik kelas diganggu oleh anak-anak nakal. Hatinya bergetar. Ia ingat pesan gurunya. Dengan keberanian yang baru ia temukan, Arga maju.
“Sudahlah, jangan ganggu dia!” ucap Arga dengan suara lantang.
Anak-anak nakal itu menertawakan tubuh kecil Arga, lalu mencoba mendorongnya. Namun, kali ini Arga berdiri tegap dengan kuda-kuda yang kokoh. Ia tidak memukul lebih dulu, hanya menahan dan menghindar. Gerakan sederhana yang ia pelajari di balai latihan cukup membuat mereka terkejut. Akhirnya, para pengganggu itu mundur dan pergi begitu saja.
Adik kelas itu menatap Arga dengan mata berbinar. “Terima kasih, Kak!”
Arga tersenyum, meski napasnya masih terengah. Di dadanya, ia merasa sesuatu yang berbeda: bukan rasa sombong, tapi rasa bangga karena telah menggunakan silat sesuai ajaran gurunya.
Malam itu, saat kembali berlatih, Guru Besar menepuk pundaknya.
“Jejak tapakmu sudah benar, Arga. Ingat, silat bukan tentang menang atau kalah. Silat adalah tentang menjaga hati.”
Arga menunduk hormat. Ia tahu, perjalanan masih panjang, tapi langkahnya sudah dimulai.
Komentar
Posting Komentar