Anak Indonesia



“Aku dan Indonesiaku”

Di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak bernama Naya. Setiap sore, ia suka duduk di tepi sawah, memandangi matahari yang perlahan tenggelam di balik gunung. Angin berhembus membawa aroma padi yang sebentar lagi panen.

“Indah sekali, ya,” gumamnya.

Suatu hari, gurunya memberi tugas menulis tentang Indonesia. Teman-temannya banyak menuliskan tentang gedung-gedung tinggi, kota besar, atau tokoh pahlawan. Naya bingung, apa yang harus ia tulis?

Malam itu, ia melihat ayahnya pulang dari ladang dengan peluh di wajah. Ibunya sibuk menyiapkan makan malam. Lalu terdengar suara azan dari masjid kecil. Semua terasa sederhana, tapi hangat.

Naya tersenyum. Ia menulis:

"Indonesia bagiku adalah sawah yang hijau, senyum orang-orang desa, keberagaman yang membuat kita berbeda tapi tetap satu. Indonesia adalah rumah tempat aku belajar, mencinta, dan berharap. Ia bukan hanya tentang sejarah, tapi juga tentang hari ini—tentang aku dan kita semua yang menjaganya."

Ketika gurunya membacakan tulisannya, kelas menjadi hening. Teman-temannya baru sadar, Indonesia bukan hanya cerita di buku pelajaran, melainkan kehidupan yang mereka jalani setiap hari.

Naya tersipu, tapi di dalam hatinya ia bangga. Ia tahu, mencintai Indonesia bisa dimulai dari hal kecil: menjaga alam, menghormati perbedaan, dan merawat senyum sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang tertinggal di ufuk Barat (senja)