Dikala Rindu
"Rindu yang Tersisa"
Di sebuah bangku taman sore itu, Raka duduk dengan tatapan kosong. Di tangannya masih tergenggam selembar kertas kecil yang sudah kusut. Tulisan di atasnya sederhana: “Jangan lupa bahagia, meski tanpa aku.”
Raka menarik napas panjang. Surat itu ditulis oleh Arin, gadis yang selama ini ia cintai diam-diam. Mereka bersahabat sejak kecil, berbagi tawa, rahasia, bahkan mimpi. Namun, Raka tak pernah punya cukup keberanian untuk mengatakan tiga kata sederhana: “Aku mencintaimu.”
Hingga suatu hari, Arin datang dengan senyum yang lebih indah dari biasanya. Senyum yang ternyata membawa perpisahan. Ia harus pindah ke kota lain, mengejar mimpinya menjadi dokter. “Aku tidak ingin kau menunggu,” ucap Arin pelan waktu itu, “karena cinta itu membebaskan, bukan mengikat.”
Kini, Raka hanya bisa menatap langit jingga yang sama. Ia sadar, cinta tidak selalu tentang memiliki. Kadang, cinta adalah tentang merelakan, sembari berdoa agar orang yang kita sayangi tetap bahagia.
Meski hatinya sakit, Raka tersenyum kecil. Ia percaya, suatu saat nanti, jika takdir berbaik hati, ia dan Arin mungkin akan dipertemukan kembali—dengan cinta yang lebih matang, bukan sekadar rasa yang terpendam.
Komentar
Posting Komentar