Anak Basket



Langkah di Lapangan

Bola basket itu memantul cepat di lantai kayu, seirama dengan detak jantung Ardi. Keringat mengalir deras di pelipisnya, tapi matanya tak lepas dari ring. Hari ini pertandingan final antar sekolah, dan Ardi jadi tumpuan timnya.

Sejak SMP, Ardi jatuh cinta pada basket. Ia rela bangun pagi hanya untuk latihan shooting di lapangan dekat rumah. Teman-temannya sering mengejek, “Untuk apa capek-capek, toh kita bukan atlet nasional.” Tapi Ardi tak peduli. Baginya, basket bukan sekadar permainan, melainkan mimpi yang ingin ia wujudkan.

Suara peluit berbunyi. Skor imbang. Waktu tersisa hanya 10 detik. Bola berada di tangan Ardi. Seluruh penonton menahan napas.

“Ardi, tembak!” teriak Riko, kapten timnya.

Dengan langkah pasti, Ardi menggiring bola, melewati dua pemain lawan. Jantungnya berdegup kencang saat ia melompat, melepaskan tembakan tiga angka. Bola melayang tinggi, seolah waktu melambat.

“Braak!” Bola masuk sempurna. Tepat ketika bel berbunyi, penonton meledak dalam sorak-sorai.

Timnya menang.

Ardi menatap langit-langit gedung olahraga dengan senyum lebar. Dalam hatinya ia berkata, Inilah bukti kalau kerja keras tak pernah sia-sia.

Dan sejak hari itu, Ardi tak hanya dikenal sebagai “anak basket”, tapi juga sebagai anak yang berani mengejar mimpiya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang tertinggal di ufuk Barat (senja)